Untuk pertama kalinya saya memberanikan diri saya untuk memposting satu dari beberapa cerpen absurd saya. Ceritanya emang standar, tetapi dijamin keorisinilitasnya. Selamat membaca, kritik dan saran saya terima dengan senang hati.
Sepiring
Steak Dari Mama
Oleh: Erlin Wulandari
“Syabil berangkat dulu ya, Ma.”
teriak Syabil nyaring
Gadis kecil yang baru berusia 7 tahun
itu memang begitu menggemaskan. Syabila Zahira, begitu nama lengkapnya. Namanya
memiliki arti bintang berkilauan. Begitu indah bukan? Yah, orangtuanya
mengharapkan agar Syabil kelak menjadi bintang yang menyinari keluarganya.
Syabil hanya tinggal berdua bersama
ibunya, Farida Rumaisha. Ayah Syabil meninggal sejak ia berusia 2 tahun.
Ayahnya mengalami komplikasi penyakit, hingga akhirnya tutup usia di umur 30
tahun. Sejak ayahnya meninggal, keluarga itu mendapatkan cobaan bertubi-tubi.
Hutang keluarga itu menumpuk untuk membiayai pengobatan ayah Syabil. Hingga
rumah mereka pun lenyap untuk memenuhi hutang-hutang itu. Dulu sebelum ayahnya
meninggal keluarga Syabil merupakan keluarga berkecukupan. Ayahnya memiliki
usaha konfeksi, namun bisnis itupun tutup karena uang usaha terpakai untuk
biaya rumah sakit.
Kini, Syabil dan mamanya tinggal di
rumah petak berukuran 4mX6m. Untuk memenuhi kebutuhan keluarga, ibu Farida
berdagang gorengan. Meskipun untung yang didapatkan tidak seberapa, namun itulah
salah satu cara agar keluarga kecil mereka tetap bisa bertahan hidup.
“Hati-hati sayang, belajar yang
pinter yaa” jawab mama.
Pulang
sekolah, Syabil membantu mamanya membuat gorengan. Mengupas kulit pisang, mengupas
kulit singkong, dan mengupas bawang adalah hal yang rutin ia lakukan. Ia pun
sering ikut sang mama menjajakan gorengan.
“Mama... Syabil
udah selesai ngupasnya.”
“Pinter
sekali anak mama, sekarang Syabil ngerjain PR dulu. Katanya nanti mau ikut mama
dagang keliling” sahut mama
“Okeee, Ma.”
Tepat pukul 16.00, Syabil dan mamanya berjalan menyusuri
jalanan-jalanan sempit di kampungnya. Satu demi satu gorengan laku terjual.
Senyuman tulus selalu mengembang dari bibir mungil Syabil. Hingga akhirnya
setelah rasa lelah itu tiba, mama mengajak Syabil untuk beristirahat sejenak di
depan sebuah rumah makan. Rupanya, bangunan itu merupakan restaurant yang
menjajakan steak. Sesekali Syabil melirik kearah orang-orang yang sedang
menikmati steak itu. Sang mama yang melihatnya lalu berkata
“Sebentar
lagi mama ulangtahun, besok mama traktir Syabil makan steak sepuasnya. Sekarang
kita jualan dulu ya sayang” ucap mama
“Beneran,
Ma?? Asikkkk, Syabil janji bakal lebih rajin bantuin mama jualan”
Mata ibu Farida pun berkaca-kaca, ia sedih. Bahkan hanya
untuk membelikan sepiring steak untuk anak semata wayangnya pun ia tak mampu.
Namun, bagaimana dengan janji yang barusan ia lontarkan? Bagaimana mungkin ia
bisa menraktir Syabil makan sepuasnya? Ia bahkan belum mampu membayar uang sewa
kontrakan, sudah dua bulan ini ia menunggak uang kontrakan. Dan kata pemilik
kontrakan itu, kalau bulan depan ia tak dapat membayar. Ia dan Syabil terpaksa
harus angkat koper.
Malam pun datang menjelang, Syabil pun sudah bersiap untuk
tidur. Sebelum tidur Syabil selalu mengusap-usap celengan kodok kesayanganya.
Sebulan lalu ibunya memberikan celengan itu sebagai hadiah karena Syabil
mendapatkan peringkat 1 di kelasnya. Koin demi koin ia masukkan mulut Froggy
(nama celengan Syabil). Ia berharap koin-koin yang ia kumpulkan dapat terkumpul
banyak agar ia bisa membelikan rumah untuk mamanya.
“Mama, besok
kalo celengan Syabil banyak. Syabil mau beliin mama rumah, beliin mama baju
baru trus Syabil juga mau ajak mama makan steak setiap hari hehehe” canda
Syabil
“Aminnn,
makanya Syabil jangan lupa sholat dan berdoa sama Allah. Biar keinginan Syabil
bisa terwujud.” Jawab mama
“Iya Ma,
Syabil berdoa terus kok. Syabil selalu berdoa sama Allah biar Syabil bisa punya
uang yang banyaaaaak” sahut Syabil
Ibu Farida hanya dapat memeluk Syabila, putri yang amat ia
sayangi. Dalam setiap doanya ibu Farida selalu memohon kepada Tuhan akan dapat
membahagiakan putrinya itu. Ia ingin Syabil menikmati masa-masa kecilnya
seperti anak-anak lain, bukan malah mengikutinya berdagang setiap hari.
Hari ini ibu Farida sedang tidak enak badan, tubuhnya panas. Badannya
lemas. Namun dengan susah payah ia tetap membuat gorengan untuk dijual. Melihat
wajah sang mama yang tampak begitu pucat, Syabil menghampiri mama yang sedang
berkutat di depan kompor.
“Mama
kenapa? Mama sakit ya? Udah mama istirahat aja, nanti biar Syabil yang jualan.
Mama sekarang duduk dulu, biar Syabil buatkan teh hangat” ucap Syabil
Tanpa berkata-kata mama hanya melontarkan senyuman. Ia
bangga. Amat bangga. Anaknya tumbuh menjadi anak yang lebih dewasa dibanding
umurnya. Sejak kecil Syabil memang terbiasa hidup susah. Namun ia sama sekali
tak pernah mengeluh. Bahkan selalu memberikan keceriaan baginya. Syabila memang
seperti Bintang. Bintang yang senantiasa membuat orang yang melihatnya
tersenyum. Bintang yang senantiasa menyinari hari-hari ibu Farida.
“Syabil
berangkat ya, Ma. Doain Syabil biar gorengannya habis semua. Mama istirahat di
rumah. Dadaaa Mamaaaa” ucap Syabil sumringah
“Hati-hati
ya sayang, jangan lupa berdoa dulu sebelum jalan”
Gadis kecil itu pun dengan suka cita membawa baskom kecil
berisi gorengan buatan mamanya. Rumah demi rumah. Jalan demi jalan ia lalui.
“Gorengan
gorengan... gorengan hangat 500 aja” teriak Syabil
Seribu, duaribu, tiga ribu, ............... tigapuluhdua
ribu.
Syabil tampak menghitung uang sambil duduk di bawah pohon
jambu. Gorengannya habis tak bersisa. Wajahnya berseri-seri, dengan wajah penuh
bangga ia berjalan pulang ke rumah. Ia tak sabar membawa kabar gembira ini,
kabar gembira bahwa gorengannya habis semua. Ia yakin sang mama pasti senang
mendengar berita ini.
Beberapa langkah lagi Syabil tiba dirumahnya.
Senyum yang mengembang dibibirnya berubah menjadi wajah penuh
ketakutan. Sepertinya ada suara orang berteriak-teriak yang bersumber dari
rumahnya. Apa yang terjadi? Ya Allah, lindungilah Mama. Syabil takut .....
“Cepat bayar
uang kontrakan!! Dari kemaren kalo ditagir tarsok tarsok terus. Entar besok
entar besok. Kamu pikir kamu tinggal disini gratis??!!! Disana banyak yang
ngantri mau ngontrak disini. Kalau kamu nggak bisa bayar cepat kemasi barang
kamu!!!!!” teriak bu Maesaroh, pemilik kontrakan.
“Saya janji
besok pagi akan saya bayar, Bu. Tolong jangan usir saya. Saya mohon, Bu.” Pinta
mama
“Halaah,
saya udah nggak percaya sama janji kamu!!” jawab bu Mae sambil merampas dompet
mama.
“Jangan
ambil uang itu, Bu. Uang itu akan saya pakai untuk membeli steak buat anak
saya” ucap mama sambil menangis
“Halahh, mau
bayar kontrakan aja nggak bisa. Pakai gaya-gayaan makan steak.” Sahut bu Mae
sambil mendorong ibu Farida hingga tersungkur di lantai.
Mama tertunduk lesu sambil sesekali
mengusap air matanya. Ia sudah berjanji membelikan steak untuk Syabil. Ia
merasa gagal. Ia merasa gagal menjadi ibu yang baik bagi Syabil. Ia tak bisa
membahagiakan anaknya. Ia tak bisa memenuhi janjinya. Ia tak bisa membelikan
Syabil steak. Makanan yang sudah lama sekali ingin Syabil nikmati.
“Mamaaaaaaa......”
teriak Syabil sambil menangis memeluk mamanya.
Rupanya daritadi Syabil berdiri
dibalik pintu. Ia melihat dengan mata kepalanya sendiri. Sang mama.
Satu-satunya orang yang ia sayangi dimaki-maki. Ia melihat usaha mamanya
mempertahankan dompetnya. Hanya karena sang mama ingin memenuhi janjinya
membelikan steak kepada Syabil di hari ulangtahunnya.
“Syabil udah pulang sayang?? Bagaimana
dagangannya? Wah rupanya habis semua ya dagangannya. Anak mama memang hebat!”
ucap Mama sambil menghapus air matanya. Ia tak ingin terlihat lemah di depan
anaknya.
“Mama nggak kenapa-kenapa kan? Mama
baik-baik aja kan? Syabil sayang sama mama” ucap Syabil yang enggan lepas dari
pelukan sang mama.
“Mama nggak kenapa-kenapa kok sayang,
ini buktinya mama masih bisa meluk Syabil” ucap mama sambil mengusap dahi
Syabil.
Keesokan harinya...
“Selamat ulangtahun, Mama. Syabil sayaaaaaaaang banget sama
Mama” ucap Syabil sambil mendaratkan kecupak di kening sang mama.
“Terimakasih
sayang, mama juga sayaaaaaaaaang banget sama Syabil” jawab mama sambil memeluk
hangat sang buah hati.
Yaa, hari ini ibu Farida Rumaisha
genap berusia 32 tahun. Usia yang masih terbilang muda. Namun, kehidupan yang
begitu sulit membuatnya tampak lebih tua. Ia tak ada waktu untuk berdandan
layaknya wanita seumurannya. Bahkan tidak pernah terbesit dalam kepalanya untuk
mencari pendamping baru. Baginya hidupnya hanya untuk Syabil, untuk anak semata
wayang yang begitu ia kasihi.
Mama tak dapat menyembunyikan raut
wajah sedihnya. Melamun menatap wajah Syabila yang begitu menyejukkan. Merasa
bersalah. Sungguh.
“Kok mama sedih sih?? Mama kan lagi
ulangtahun?” tanya Syabil polos
“Maafin mama ya sayang, mama nggak
bisa nepatin janji mama. Tapi mama janji. Secepatnya mama bakal beliin Syabil
steak” jawab mama
“Asiiikkk. Oh iya, ma. Mama kan hari
ini ulangtahun. Syabil ada hadiah buat mama. Nih!” ucap Syabil sambil
memberikan hadiah itu.
Ternyata Syabil memberikan Froggy,
celengan kodok kesayangannya. Froggy tampak lebih cantik dengan balutan pita di
atasnya. Syabil sendiri loh yang memasang pita itu.
Mama tampak bingung setelah menerima
kado itu.
“Mama harus terima kado dari Syabil. Kan
kalau Froggy dipecah, mama bisa traktir Syabil makan steak. Jadi mama nggak
perlu sedih lagi” ucap Syabil sumringah
Mama menitikkan air matanya, terharu
mendengar kata-kata itu terlontar dari mulut gadis kecilnya.
“Ini kan celengan kesayangan Syabil,
jadi Syabil simpen aja. Besok kalo celengan ini udah banyak kan Syabil mau
beliin rumah buat mama” ucap mama
“Pokoknya ini buat mama, mama nggak
boleh nolak!” sahut Syabil
“Tapi kan ....”
“Mama harus terima!!!” ucap Syabil
memaksa
“Terimakasih sayang, mama bangga sama
Syabil. Mama sayaaaang sekali sama Syabil. Maafin mama ya, mama belum bisa jadi
mama yang baik buat Syabil” ucap Mama
“Siapa bilang?? Mama itu mama yang
paling hebat di dunia!! Ayooo buruan mama ganti baju. Syabil udah nggak sabar
pengen makan steak, Ma” sahut Syabil.
Syabil dan mama berjalan dengan penuh sukacita. Setibanya di
restaurant tanpa ba-bi-bu mama langsung memesan steak. Syabil nampak senang
sekali, begitu pula dengan mama. Sebelum menyantap steak lezat itu, dalam hati
mama berkata Terimakasih ya Allah, terimakasih telah memberikan anak yang
berhati mulia kepadaku. Bimbinglah aku agar dapat menjadi ibu yang baik
baginya..
“Sekali
lagi, selamat ulang tahun mama. Makasih ya mama udah beliin Syabil sepiring steak
ini. I love you mama...” ucap Syabil
“Terimakasih
atas kadonya sayang, love you too” jawab mama
Syabila dan Mama pun menyantap steak itu dengan lahapnya.
Sepiring steak dari mama, akan menjadi kenangan terindah bagi
Syabil.
0 komentar:
Posting Komentar