Bulutangkis..
Bulutangkis merupakan salah satu olah raga yang paling digemari oleh masyarakat Indonesia. Dari anak kecil sampai lansia pun senang sekali memainkan olah raga tepok bulu itu. Apalagi bulutangkis merupakan cabang olahraga yang paling sering mengharumkan nama Indonesia di kancah Internasional. Banyak atlet Indonesia yang duduk di jajaran atlet top dunia. Dari turnamen besar sekelas Olimpiade maupun Kejuaraan Indonesia, Indonesia memang sudah menorehkan tinta emas. Bulutangkis memang juga menjadi olahraga kebanggan bangsa.
Berbicara mengenai atlet bulutangkis, bagi anda yang awam tentang dunia perbulutangkisan mungkin hanya tau nama-nama besar seperti Susi Susanti, Taufik Hidayat, Alan Budikusuma, dll. Atlet-atlet yang saya tulis diatas saat ini sudah gantung raket, dan mulai digantikan generasi penerusnya. Banyak atlet-atlet muda yang memiliki potensi besar untuk menjadi “bintang” lapangan. Dan salah satu dari atlet muda itu adalah Variella Aprilsasi Putri Lejarsari. Bagi anda yang mengaku pecinta bulutangkis, anda tentu sudah pernah mendengar nama tersebut.
Variella Aprilsasi Putri Lejarsari atau yang kerap disapa Lala, lahir di Malang pada tanggal 6 April 1990. Variella kini berpasangan dengan atlet senior spesialis nomor ganda Vita Marissa. Vita dan Variella memang belum genap berpasangan selama satu tahun, namun record pertandingan mereka bisa dibilang cukup bagus. Bahkan di bulan April lalu, mereka berdua berhasil menyabet gelar juara di turnamen Australia Grand Prix Gold 2013. Gelar juara itu cukup berkesan bagi Variella, karena gelar juara tersebut merupakan kado ulangtahun yang ia berikan untuk dirinya sendiri.
Dan, genap sebulan yang lalu turnamen Indonesia Grand Prix Gold digelar di kota saya, Daerah Istimewa Yogyakarta. Variella dan pasangannya, Vita Marissa tak absen mengikuti turnamen tersebut. Namun sayangnya, mereka harus mengakui keunggulan ganda putri China dan harus puas menjadi semifinalis saja. Jujur, saya baru pertama kalinya melihat permainan Variella secara langsung ketika ajang Indonesia Grand Prix Gold lalu. Dan saya cukup terkesan dengan permainan Variella yang berperan sebagai penggebuk di tim nya. Dari segi postur Variella terbilang cukup tinggi, badannya gagah dan berambut cepak.
Lalu, pada hari Senin 30 September2013, saya berkesempatan untuk menemui Variella di hotel tempatnya meningap selama di Jogja. Kala itu saya ingin menanyakan padanya tentang suka duka menjadi atlet professional (non pelatnas), sebenarnya saya ingin mewawancari Variella dan Vita namun ternyata Vita Marissa sedang pergi ke tempat temannya.
Berbicara mengenai karier, Variella mengaku sudah mengenal bulutangkis sejak kecil. Keluarganya tidak ada background bulutangkis, hanya saja sang Papa memiliki lapangan bulutangkis dan dari situlah ia mulai akrab dengan olah raga tepok bulu itu. Kariernya dimulai ketika Variella masuk ke PB. Djarum di Kudus. Disana dia bermain sebagai pemain tunggal putri. Namun Variella menyebutkan kalau ia tak betah disana, dan memutuskan keluar sekitar tahun 2008. Tak lama setelah keluar dari PB. Djarum, Variella mendapat tawaran untuk memperkuat tim bulutangkis Turki. Mendengar tawaran itu, Variella pun mau menerimanya. Dan bergabung sebagai tim bulutangkis Turki. Variella ikut memperkuat tim bulutangkis Turki di turnamen tingkat Eropa dan lainnya. Hanya saja tak lama setelah itu ia diminta untuk menjadi warga negara Turki dan ia menolaknya. Kemudian ia memutuskan untuk kembali ke tanah airnya Indonesia pada tahun 2009.
Pulang dari Turki, Variella bergabung dengan klub Suryanaga. Dari situlah ia mengikuti seleknas dan akhirnya resmi menjadi atlet binaan PBSI di Pelatnas Cipayung. Tak lagi bermain tunggal, Variella sempat berpasangan dengan Lita Nurlita dan Jenna Gozali. Namun, di Pelatnas ia merasa kalau nasibnya di “gantungkan” dan akhirnya memutuskan untuk keluar dari Pelatnas dan memilih berkarier secara profesional.
Ketika saya tanya tentang pemasangannya dengan Vita Marissa. Ia menjawab kalau dia memang sudah kenal dengan Ci Vita, dan sering latihan bersama. Lalu, mereka berkomitmen dan mencoba peruntungan untuk bermain di nomor ganda putri bersama. Lalu saya juga tak lupa menanyakan tentang suka dukanya menjadi atlet profesional. Variella mengaku ia ketika masih di Pelatnas ia mendapat “beban” yang cukup berat, dan nasibnya seakan abu abu. Berbeda dengan ketika berkaries profesional, ia mengaku lebih dapat bermain lepas. Masalah mencari sponsor sendiri juga bukan hal begitu ia pusingkan, menurutnya kalau seorang atlet berprestasi sponsor itu akan datang sendirinya. Selain itu kalau bermain secara profesional, atlet dapat menerima panggilan negara lain untuk memperkuat tim nya. Sehingga dapat menambah income mereka, berbeda dengan atlet pelatnas yang tidak diijinkan untuk itu.
Variella sendiri pernah memperkuat tim negara Turki, Bahrain dan New Zealand. Lalu ketika saya tanya tentang fasilitas pelatnas PBSI dibandingkan pelatnas negara sana. Ia mengaku fasilitas di PBSI tidak kalah, malah dapat dikatakan lebih baik. Hanya saja kalau mengenai gaji, negara luar tersebut lebih menjajikan. Menurut Variella, semuanya memang ada kurang lebihnya.
Seperti itulah kira-kira hasil wawancara singkat saya dengan Variella Aprilsasi Putri Lejarsari. Semoga Variella dan siapapun pasangannya kelak akan menjadi atlet yang senantiasa berprestasi dan menjadi atlet kebanggaan bangsa Indonesia.
Maju terus bulutangkis Indonesia!!!